The New York Police Department sejak musim panas lalu diam-diam melengkapi petugasnya dengan ponsel pintar Android. Sekitar 400 smartphone Android telah didistribusikan kepada petugas sebagai bagian dari program percontohan yang berlangsung di Kota New York. Namun, ponsel ini bukan untuk berhalo-halo. Mereka menggunakannya untuk mengakses data kriminal saat berpatroli di lapangan.
Dengan sebuah aplikasi buatan, polisi bisa mencari catatan kriminal seseorang, memverifikasi identitasnya dengan foto, bahkan menampilkan informasi dari catatan kepemilikan kendaraan bermotor. Dengan mengetikkan alamat ke dalam aplikasi, polisi bisa melihat nama-nama setiap penduduk yang tercatat di surat perintah penangkapan, pemilik senjata api yang terdaftar, catatan panggilan polisi sebelumnya, dan informasi spesifik tentang kejahatan sebelumnya.
Menurut Chief Tom Donaldson, yang berpatroli di daerah Harlem, sebuah gedung 14 lantai memiliki ribuan catatan kriminal. Jika diakses dengan cara manual, butuh banyak waktu buat mengubek-ubek data itu. Namun, dengan aplikasi pada Android, dia bisa segera mengetahui catatan kriminal bulan lalu. Tinggal mengetik sebuah alamat, maka akan muncul catatan kriminal di alamat tersebut. "Bulan lalu, ada enam kasus narkoba di lantai tujuh di salah satu gedung. Ini bisa membantuku lebih awas dengan daerah itu," ujarnya, saat menelusuri Lincoln Houses di Park Avenue, New York, Kamis, 10 April 2013
Aplikasi itu memberi catatan yang detail tentang kasus per kasus. Menurut Donalson, bahkan pedagang narkoba yang biasa menyembunyikan kokain pada kaus kaki kiri juga tercatat rapi. "Mereka (para penjahat) tak tahu kami punya teknologi ini," kata dia.
Dengan senjata baru ini, polisi yang mendadak ditugasi menangkap tersangka tahu kasusnya. Dulu, saat mendadak harus memeriksa lalu lalang kendaraan, kata Donalson, dia tak tahu apa yang orang kami cari, karena kasus pembunuhan atau sekadar belum bayar surat tilang. Polisi, yang biasanya dipanggil saat ada pasangan yang bertengkar, juga jadi tahu berapa kali pasangan yang cekcok itu memanggil polisi.
Suatu kali, pada awal Februari lalu, Donalson bersama rekannya, Kapten O'Sullivan, mendapati mobil mogok saat hujan deras. Di dalamnya ada seorang wanita tanpa identitas. Dia mengaku memiliki SIM, sambil menyebut nama dan tanggal lahirnya. "Kami cari lewat ponsel ini, namun tak ada nama yang dia sebutkan," kata Donalson. Belakangan diketahui, mobil yang dipakainya ternyata milik tersangka kasus pelacuran via online.
Namun, tak ada yang sempurna. Senjata baru ini juga mengundang kritik. Donna Lieberman, direktur eksekutif dari New York Civil Liberties Union, setuju alat ini sebagai teknologi baru untuk menepati janji polisi dalam meningkatkan keamanan masyarakat. "Tapi, apakah hanya karena kendaraan seseorang bisa jadi tersangka, dan orang bisa dilecehkan cuma berdasarkan informasi dalam database polisi?" ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar